Bacalah artikel di
bawah ini!
Keanekaragaman Hayati Salah Kelola
Kompas.com - 24/05/2010
Indonesia
memiliki jumlah tumbuhan dengan spesies palem terbanyak di dunia, mencapai 477
spesies, diikuti tumbuhan kayu bernilai komersial 350 spesies, dan tumbuhan
yang bermanfaat sebagai obat 1.300 spesies, hingga pada akhirnya Indonesia
dijuluki sebagai megadiversity country. Akan tetapi, ironisnya, di berbagai
forum internasional, keanekaragaman hayati Indonesia justru dituding salah
kelola ketika muncul tabiat orang senang menghancurkannya karena dikonversi,
atau akibat ketidakmampuan mencegah kebakaran-kebakaran hutan perawan.
”Indonesia tidak pula pintar menjaga kearifan lokal dan mengomunikasikan
tradisi-tradisi melestarikan keanekaragaman hayati,” kata peneliti senior
biologi Dedi Darnaedi, yang juga mantan Kepala Pusat Penelitian Biologi pada
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jumat (21/5) di Jakarta. Lebih
runyam lagi, menurut Wakil Kepala LIPI Lukman Hakim, akhir-akhir ini akibat
pola otonomi daerah bagi keberlanjutan keanekaragaman hayati sungguh
memprihatinkan. ”Izin industri tambang merupakan ancaman paling serius bagi
kelangsungan keanekaragaman hayati kita,” kata Lukman.
Konservasi
keanekaragaman hayati yang terbaik adalah di lokasi ekosistem aslinya. Tetapi,
sekarang hal itu hampir tidak memungkinkan karena perusakan sangat dahsyat.
Pihak LIPI mendesak pemerintah pusat ataupun daerah untuk membuat kebun-kebun
raya minimal 45 kebun raya di seluruh Indonesia. Keberadaan saat ini baru 17
kebun raya. Tudingan-tudingan ketidakmampuan Indonesia menjaga dan melestarikan
keanekaragaman hayati dialami Dedi, tatkala mengikuti berbagai forum
internasional. ”Kita tidak pintar mengomunikasikan tradisi dan kearifan lokal,
seperti dilakukan masyarakat Mentawai, Baduy, Maluku, dan Lamalera, dalam
menjaga keseimbangan alam,” kata Dedi. Dia menguraikan, kearifan lokal di Baduy
dengan menanam padi itu hanya satu kali dalam satu tahun. Maka, tidak terjadi
eksploitasi kesuburan tanah berlebih. Begitu pula menanam pohon aren tidak
lebih dari delapan pohon untuk tetap menjaga keseimbangan alam. Di Mentawai,
masyarakat lokal sungguh piawai menentukan kera atau monyet yang sudah tidak
lagi produktif boleh diburu untuk dikonsumsi. Begitu pula di Lamalera yang
dikenal karena perburuan ikan paus pada musim-musim tertentu. Perburuan itu
dibatasi sebagai ritual untuk kelangsungan hidup dan interaksi komunitas
masyarakat pesisir dan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi. Di Maluku,
dulunya subur dengan tradisi sasi atau pantangan untuk mengeksploitasi sumber
daya alam pada waktu-waktu tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga
keseimbangan alam. ”Contoh sederhana lain, pada sebagian masyarakat yang
pekarangannya yang dipenuhi keanekaragaman hayati untuk dikonsumsi. Tradisi itu
tak pernah dijaga dan dikomunikasikan dengan baik,” kata Dedi. Isi pekarangan
dimulai dari pagar dengan tanaman singkong atau jarak yang bermanfaat untuk
pangan dan energi. Kemudian ada pisang, pepaya, kelapa. Air sumur yang
digunakan ditampung kembali untuk kolam ikan. Pekarangan seperti ini turut
menjaga keanekaragaman hayati, tetapi sekarang luntur.
Indonesia
menempati urutan ke-4 sebagai negara yang kini terancam memiliki jumlah
tumbuhan terancam kepunahan paling banyak. Yaitu, setelah Ekuador, Malaysia,
dan China, berdasarkan kriteria The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Kini LIPI melalui Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam peringatan
ulang tahun ke-193 tahun baru-baru ini meluncurkan 100 spesies tumbuhan
prioritas untuk dikonservasi. Menurut Mustaid Siregar, yang mengepalai satuan
unit LIPI itu, penetapan prioritas spesies mengandung dilematis. ”Penetapan 100
spesies prioritas bisa berdampak naiknya harga di pasaran ilegal karena
legitimasi kelangkaannya sehingga meningkatkan perburuan dan perdagangan liar,”
kata Mustaid. Tentu, ungkapan Mustaid itu cukup beralasan dan berlatar pada
peristiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan. Kalau memang demikian, pantaslah
kalau kita dituding tidak pintar menjaga kekayaan keanekaragaman hayati atau
mempertahankan diri sebagai negara dengan kekayaan keragaman hayati tertinggi
di dunia.
Pertanyaan:
- Apa yang menjadi permasalahan pada artikel tersebut?
- Dampak apa yang akan terjadi dari permasalahan tersebut?
- Usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
- Selain masalah yang ada di artikel tersebut, apa saja yang dapat menjadi ancaman keanekaragaman hayati?
- Sebutkan pula usaha pelestarian keanekaragaman hayati selain yang sudah anda jawab dari pertanyaan nomor 3?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar